INOVASI TEMBA KOLO DANA MAJU SMPN 10 KOTA BIMA ATASI ADUAN MASYARAKAT

KOTA BIMA – Inovasi "Temba Kolo Dana Maju" (Literasi melalui Membaca Kolektif Online dalam Ranah Filosofi Budaya Maja Labo Dahu) di SMP Negeri 10 Kota Bima terus menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan minat baca siswa. Namun, dalam perjalanannya sejak diluncurkan, beberapa tantangan muncul dari masyarakat yang kemudian direspon secara cepat dan solutif oleh pihak sekolah. Tiga pengaduan utama yang disampaikan oleh masyarakat telah ditanggapi langsung oleh Tim Pelaksana Inovasi pada tanggal 20 Desember 2024.
Pengaduan 1: Keterbatasan Akses dan Perangkat 
Pengaduan pertama datang dari orang tua siswa yang mengeluhkan keterbatasan akses internet dan perangkat. Banyak siswa yang tidak memiliki smartphone atau laptop pribadi, serta terkendala masalah kuota internet.
Menanggapi hal ini, Bapak Suhardin, S.Pd., M.M., atau yang akrab disapa Pak Deo, selaku Inisiator dan Kepala SMP Negeri 10 Kota Bima, menjelaskan bahwa pihaknya telah menyiapkan solusi. "Kami memahami bahwa tidak semua siswa memiliki fasilitas yang sama. Oleh karena itu, kami menyediakan fasilitas Wi-Fi sekolah yang bisa diakses siswa di luar jam pelajaran, serta menyiapkan komputer di perpustakaan yang dapat digunakan secara bergantian," ujar Pak Deo. Bapak Syumardi, S.E., selaku Wakasek Kurikulum, menambahkan bahwa sekolah juga menyediakan rekaman sesi membaca online untuk siswa yang tidak bisa mengikuti secara langsung. "Kami ingin memastikan tidak ada siswa yang tertinggal. Rekaman ini bisa diakses kapan saja, sehingga mereka tetap bisa berpartisipasi," katanya.
Pengaduan 2: Interaksi Kurang Efektif 
Pengaduan kedua menyoroti interaksi online yang dirasa kurang efektif dan kaku jika dibandingkan dengan membaca tatap muka. Beberapa orang tua merasa program ini belum maksimal dalam menumbuhkan semangat kebersamaan. Bapak Arif Rizal, M.Pd., selaku Wakasek Kesiswaan, menjelaskan bahwa Tim Pelaksana telah melakukan evaluasi mendalam. "Kami sudah melatih para guru untuk menjadi fasilitator yang lebih interaktif. Kami juga memanfaatkan fitur-fitur seperti polling dan breakout room di platform digital untuk membuat diskusi lebih hidup dan partisipatif," jelasnya. Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa sekolah akan menerapkan metode hybrid, di mana setelah membaca online, siswa akan diminta untuk melakukan diskusi tatap muka di kelas dalam kelompok-kelompok kecil. "Ini untuk menjaga keseimbangan antara interaksi digital dan interaksi sosial secara langsung," tambahnya.
Pengaduan 3: Pemilihan Buku yang Monoton 
Pengaduan terakhir adalah terkait pemilihan buku yang dianggap kurang bervariasi dan monoton, sehingga mengurangi minat baca siswa.
Menanggapi hal ini, Pak Deo menegaskan bahwa pihaknya sangat terbuka dengan masukan tersebut. "Kami telah meluncurkan survei minat baca untuk siswa dan orang tua. Hasil survei ini akan menjadi acuan utama kami dalam memilih buku-buku baru. Kami juga sedang menjalin kerja sama dengan penerbit dan perpustakaan daerah untuk memperkaya koleksi buku, termasuk buku non-fiksi, sains, dan sejarah," paparnya. Dengan adanya solusi-solusi ini, SMP Negeri 10 Kota Bima menunjukkan komitmennya untuk terus menyempurnakan inovasi "Temba Kolo Dana Maju" agar dapat memberikan manfaat optimal bagi seluruh siswa. "Kami berterima kasih atas setiap masukan yang diberikan oleh masyarakat. Kritik dan saran adalah energi bagi kami untuk terus berinovasi demi kemajuan literasi anak-anak Bima," tutup Pak Deo.