FOKUSLAH PADA SOLUSI, BUKAN JADI POLUSI

Oleh: SUHARDIN, S.Pd.,M.M. (Kepala SMPN 10 Kota Bima)
Penyebab kegagalan dalam hidup memang seringkali kompleks, namun salah satu faktor signifikan yang sering diabaikan adalah sikap batiniah kita sendiri. Dua sikap yang sangat merugikan adalah protes berlebihan dan pengkhianatan. Kedua hal ini, jika terus-menerus dipraktikkan, dapat menjadi penghalang besar bagi kesuksesan dan kebahagiaan.
Protes yang Berlebihan dan Dampaknya
Protes atau keluh kesah yang berlebihan adalah tanda ketidakpuasan terhadap takdir atau ketetapan Allah SWT. Sikap ini menunjukkan kurangnya rasa syukur dan penerimaan terhadap cobaan yang diberikan. Ketika seseorang terus-menerus mengeluh, ia akan cenderung menyalahkan keadaan, orang lain, atau bahkan Tuhan. Hal ini menciptakan energi negatif yang menghalangi datangnya keberkahan.
Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS. Ibrahim: 7)
Ayat ini secara jelas menunjukkan bahwa rasa syukur adalah kunci untuk mendapatkan lebih banyak nikmat, sementara keluh kesah atau pengingkaran nikmat (seperti protes terhadap takdir) dapat mendatangkan konsekuensi yang buruk. Protes yang berlebihan juga membuat kita buta terhadap nikmat-nikmat kecil yang sebenarnya sudah kita miliki.
Hadis Rasulullah SAW juga mempertegas pentingnya bersyukur. Beliau bersabda:
"Sungguh menakjubkan urusan orang mukmin, sesungguhnya semua urusannya adalah baik baginya. Apabila ia mendapatkan nikmat, ia bersyukur, maka itu baik baginya. Dan apabila ia ditimpa musibah, ia bersabar, maka itu baik baginya." (HR. Muslim)
Ini menunjukkan bahwa seorang mukmin sejati tidak protes, melainkan menerima takdir dengan sabar dan bersyukur dalam setiap keadaan, baik suka maupun duka.
Penghianatan dan Kerugian yang Ditimbulkannya
Pengkhianatan adalah tindakan melanggar janji, kepercayaan, atau kesetiaan. Sikap ini sangat dicela dalam Islam karena merusak fondasi hubungan antarmanusia dan juga hubungan dengan Allah SWT. Bentuk pengkhianatan bisa bermacam-macam, mulai dari mengkhianati janji, rahasia, amanah, hingga mengkhianati komitmen dalam beribadah.
Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman:
"Dan janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul, dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui." (QS. Al-Anfal: 27)
Ayat ini dengan tegas melarang pengkhianatan dalam segala bentuknya. Pengkhianatan tidak hanya merugikan orang lain, tetapi juga merusak diri sendiri. Seseorang yang terbiasa berkhianat akan kehilangan kepercayaan dari orang lain, dan ini akan menutup banyak pintu rezeki dan kesempatan dalam hidupnya.
Rasulullah SAW juga menekankan bahaya pengkhianatan. Beliau bersabda:
"Ada empat perkara yang apabila semuanya ada pada seseorang, maka ia adalah munafik sejati. Apabila diberi amanah ia berkhianat, apabila berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia ingkar, dan apabila bertengkar ia melampaui batas (durhaka)." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini mengategorikan pengkhianatan sebagai salah satu ciri kemunafikan, yang merupakan sifat tercela dan sangat dibenci oleh Allah SWT. Oleh karena itu, seseorang yang terbiasa berkhianat akan sulit mendapatkan ketenangan dan keberkahan dalam hidupnya.
Kesimpulan
Protes berlebihan dan pengkhianatan adalah dua sifat negatif yang secara langsung bertentangan dengan ajaran Islam. Protes berlebihan menunjukkan ketidakmampuan menerima takdir dan kurangnya rasa syukur, yang menghalangi datangnya nikmat dan keberkahan. Sementara pengkhianatan merusak hubungan dengan sesama dan dengan Allah SWT, menutup pintu kepercayaan dan kesempatan.
Untuk keluar dari lingkaran kegagalan, kita harus mengganti kedua sikap ini dengan sikap yang positif: bersyukur dan bersabar dalam menghadapi cobaan, serta memegang teguh amanah dan janji. Dengan demikian, kita akan membuka jalan bagi datangnya keberkahan dan kesuksesan dalam hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Wallahu a'lam.