LA BIO BANO

LA BIO BANO

"KARTINI " DARI KERAJAAN SARUHU


Oleh : Syahruna

Dulu, ada salah satu kerajaan di wilayah Bima. Namanya kerajaan Saruhu. Kerajaan Saruhu terletak diujung selatan wilayah Bima, tepatnya sekarang di Desa Kanca Kecamatan Parado. 

Kerajaan Saruhu memiliki putri mahkota yang sangat cantik. Kecantikannya tersohor diseluruh kerajaan-kerajaan yang ada di wilayah Bima. Putri mahkota ini bernama La Bio Bano. Kulitnya putih bersih kemerah-merahan, rambutnya panjang terurai hingga ketumit.

La Bio Bano disamping sebagai putri mahkota yang cantik, dia juga adalah seorang panglima  yang sangat tangguh dan berani, cerdas dan berwibawa.

La Bio Bano sangat dicintai dan disayang, baik oleh masyarakat maupun oleh pihak keluarganya dari dalam Istana Kerajaan Saruhu. 

Sebagai Panglima dan Kepala Keamanan Kerajaan, La Bio Bano mampu menciptakan kondisi Aman dan sejahtera  bagi kerajaan dan masyarakat Kerajaan Saruhu. 

Saat masyarakat dan kerajaan hidup dalam suasana aman, damai dan sejahtera, tiba –tiba kacau dan hancur disebabkan oleh serangan yang sangat dahsyat dari Ncuhi Dara.

Ncuhi Dara menyerang Kerajaan Saruhu di tengah malam, saat masyarakat dan keluarga Kerajaan sedang lelap tidur. Banyak rumah dibakar. Istana kerajaan pun dihanguskan. Keluarga Kerajaan dan masyarakat lari berhamburan keluar  menuju hutan belantara. 

Salah seorang Telik Sandi masuk ke Istana menemui La Bio Bano. Dia ingin menyampaikan bahwa Ncuhi Dara membawa Pasukan yang sangat banyak dibantu oleh Pasukan dari Tanah Jawa.  

Telik Sandi : " Yang Mulia Tuan Putri…. Ijinkan hamba melaporkan kondisi wilayah kita di luar dan di dalam Benteng. Sebahagian besar wilayah kita sudah di kepung oleh pasukan musuh yang begitu banyak dan tangguh. Di luar Benteng ada banyak Pasukan yang hamba tidak begitu kenal. Mereka dipimpin oleh Ncuhi Dara. Mohon Perintah Tuan putri sebagai Panglima Kami……."

La Bio Bano : " Terima kasih Telik sandi…. Sekarang Kumpulkan semua Pasukan Istana dan menghadap saya sekarang juga."

Telik Sandi  : " Siap Laksanakan Perintah Yang Mulia Tuan Putri…. "

Semua Komandan Pelton : "Yang Mulia Tuan Putri Panglima kami….. kami menghadap menunggu perintah." 

La Bio Bano : "Satu Pelton saya tugaskan untuk menuju ASI Rato untuk mengecoh Ncuhi Dara dan Pasukannya."

Semua Komandan Pelton : "Siap Laksanakan Perintah Yang Mulia…"

La Bio Bano : " Satu Pelton lagi mengawal masyarakat menuju wilayah Timur. Di situ kalian bisa bangun Kampung baru ( Rasa Bou )." 

Saat La Bio Bano sedang mengatur strategi dan memerintahkan kepada semua komandan Peleton, komandan Telik sandi tiba-tiba lari masuk istana dengan tergesa-gesa penuh kehawatiran menghadap Panglima Perang, Tuan Putri La Bio Bano…….   

Telik Sandi : "…. Mohon maaf Yang Mulia… ijinkan saya melapor. … di luar Istana sudah banyak pasukan Ncuhi Dara akan segera mengepung Istana dan Pasukan di Luar Benteng sudah mulai masuk. Saya sarankan agar Yang Mulia Panglima beserta Yang Mulia Tuan Raja dan Yang Mulia Permaisuri kiranya segera meninggalkan Istana. "

La Bio Bano  : " Baik… !! Semua Pasukan ku… saya perintahkan satu pelton menuju Selatan, satunya lagi menuju Timur, dan Lima Pelton beserta Pasukan Pengawal Raja dan Permaisuri Ikut saya menuju Woro bergabung bersama Angkatan Laut kita. Telik Sandi…. Kamu duluan… temui Pasukan husus Angkatan Laut Kita di Soro Wua."

Telik Sandi  : " Siap Laksnakan Yang mulia…. "

Suasana begitu mencekam…. Rasa sedih dan tegang merasuk dalam dada, isak tangis para Pengawal dan abdi dalem memecah kesunyian tengah malam. Malam itu adalah malam yang sangat bersejarah. Hanya alam dan kesunyian malam yang mampu menyukir kisah ini.  

Raja dan Permaisurilah yang sangat terpukul. Mereka sangat sedih. Sungguh sangat berat meninggalkan Istana dan kerajaan yang mereka bangun begitu lama. 

La Bio Bano adalah Putri Mahkota yang sangat tegar,cerdas, berani dan berwibawa. Tidak sedikit pun di wajahnya nampak sedih dan gelisah. 

Melihat Ayahanda dan Bundanya begitu sedih, tegang dan Gelisah, Ia menghampiri kedua orang tuanya yang merupakan  Raja dan Permaisuri Kerajaan Besar wilayah Selatan bernama Kerajaan Saruhu.  

La Bio Bano : " Yang Mulia Ayahanda Raja Saruhu… dan Ibunda Permaisuri…. Kesedihan dan kegelisahan yang begitu mendalam dapat mengakibatkan kekalahan dan menimbulkan kelemahan daya juang dalam diri kita. Bangkit dan semangatlah menatap kehidupan masa depan yang lebih berwibawa….

Raja Saruhu :" Putri ku La Bio Bano… Aku Bangga pada mu wahai anak ku. Engkau adalah Putri Mahkota dan sekaligus  Panglima Perang Kerajaan saruhu ini. Mari Kita berangkat meninggalkan Istana, rakyat, dan Kerajaan Saruhu. Saya yakin suatu masa nanti akan ada generasi kita yang akan membangkitkan kembali Jiwa Kerajaan ini. 

La Bio Bano : " Yang Mulia ayahanda ku…. Sekarang saatnya kita berangkat…. "

Raja Saruhu, Permaisuri, dan La Bio Bano beserta Lima Pelton Pasukannya beserta Pasukan Pangawal Raja dan Permaisuri berangkat menuju Woro yang merupakan Pangkalan Pasukan Angkatan Laut Kerajaan Saruhu. Di Soro Wua, mereka bertemu dengan pasukan husus Angkatan Laut Kerajaan saruhu. Kemudian tidak lama mereka segera menuju Woro. 

Sesampai di Woro, Raja, Permaisuri, abdi dalem dan pasukan Pengawal Raja dan Pasukan Pengawal Permaisuri dikawal oleh pasukan angkatan Laut Kerajaan saruhu. Mereka menaiki Kapal Angkatan Laut Kerajaan menuju Sumba. Sebelum Kapal diberangkatkan, Sang Raja dan Permaisuri turun kembali ke darat meminta Putrinya La Bio Bano agar ikut bersama mereka. 

Raja saruhu : " Wahai Anak ku La Bio Bano…. Pasukan musuh sebentar lagi akan segera tiba di sini. Berangkatlah bersama kami menuju Sumba….."

La Bio Bano : Mohon maaf Yang Mulia Ayahanda Raja Saruhu…. Ijinkan ananda tetap bersama Pasukan untuk mempertahankan Kerajaan dan tanah Leluhur ini. Beragkatlah Yang Mulia Ayahanda ku….. Jangan terlalu hawatir tentang ananda. Ananda akan baik baik saja bersama Pasukan Kerajaan."

Raja Saruhu dan Permaisuri kembali menaiki Kapal. Sebelum naik ke kapal Beliau berpesan pada Putrinya …..

Raja Saruhu : " Wahai Anak ku… La Bio Bano, Putri Mahkota, Panglima Perang…. Pertahankanlah Tanah kelahiran dan Kerajaan mu, walau nyawa taruhannya. "

La Bio bano  : " Yang Mulia Ayahanda Raja Saruhu…. Di hadapan Yang Mulia Ayahanda Raja Saruhu dan Yang Mulia Permaisuri serta di depan seluruh Pasukan Kerajaan,  Ananda Bersumpah “ Ake Sarumbu Kasa, di ru’u ita doho kaso.  kidi ra padini, di horu kai rasa ra dana.  Taho pu Ncengga Nawa Labo Sarumbu, di ru’u weki ra dana ma saramba…”  

Usai mendengar sumpah Putrinya La Bio bano, Raja dan Permaisuri Saruhu berlayar menuju Sumba bersama Abdi dalem dan Pasukan Pengawal serta  Pasukan angkatan Lautnya. 

Baru Beberapa saat kapal meninggalkan Pantai  Woro, Pasukan Ncuhi Dara bersama Pasukan dari Tanah Jawa Tiba di Woro. 

Pasukan Kerajaan Saruhu yang dipimpin oleh Labio Bano berperang melawan Pasukan yang dipimpin oleh Ncuhi Dara. Mereka  berperang selama Tujuh hari Tujuh Malam.

Pasukan Kerajaan Saruhu dipukul mundur hingga ke Pantai Wane. Di Pantai Wane inilah semua Pasukan Kerajaan Saruhu yang dipimpin oleh Panglima Perempuan bernama La Bio Bano di Bumi hanguskan dalam bahasa Bima “dikalepe”.  

Beberapa Pasukan Kerajaan Saruhu ada yang dikubur hidup –hidup di Gunung Kalepe Pantai Wane kemudian Kuburan dan tengkorak pasukan Kerajaan Saruhu ditemukan oleh salah seorang Arkeolog dari Perancis sekitar tahun 1979.

Sedangkan La Bio Bano menghilang di Gua Karya Ndali di Bawah Gunung Karya Ndali yang menghadap ke laut Wane. 

Sebelum menghilang, La Bio Bano berkata Pada Pengawalnya:  “……. Selamat tinggal Pasukan dan Pengawal ku…. Teruslah berjuang hingga titik darah terahir… Teruslah mempertahankan Tanah dan Kerajaan kita walau Nyawa terpisah dari jasad…. Suatu masa nanti akan ada generasi kita yang mengembalikan kejayaan Tanah Kerajaan Saruhu… “.

Usai menyampaikan pesannya, La Bio Bano kemudian menghilang.

Demikian Cerita Rakyat ini ,kisah tentang Sumpah La Bio Bano, seorang Putri Mahkota yang sangat Cantik, di mana Ncuhi Dara jatuh cinta kepadanya dan  sangat mencintainya, tapi sayang La Bio Bano Tidak suka pada Ncuhi Dara dan menolak cintanya. Hingga hari ini Masyarakat sekitar Wilayah Saruhu belum ada yang tau di mana kuburan La Bio Bano. 

Semoga cerita ini dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda betapa seorang perempuan memiliki keberanian, kecerdasan dan ketangguhan menjadi panglima Perang memimpin Pasukannya berperang melawan Kedoliman dan ketidakadilan walau nyawa taruhannya.

Semoga Perempuan-perempuan Bima sekarang   dapat menjadi La Bio Bano- La Bio Bano tangguh, cerdas dan berwibawa. Aamiin.(*)


.