MOKE (SAROFI): Ilmu Falak atau Ramalan Tradisional Bima

Penulis: Suhardin, S.Pd., M.M.
Mengenal MOKE (SAROFI)
MOKE, oleh masyarakat desa Soro, Melayu, dan sekitarnya di Kecamatan Lambu dan Sape Kabupaten Bima menggunakan istilah MOKE dengan kata "SAROFI" sebagai sebuah sistem ramalan tradisional yang berasal dari Bima, Nusa Tenggara Barat. Praktik ini dikenal sebagai ilmu falak atau metode peramalan yang mendasarkan perhitungannya pada peredaran jam dan hari. Menurut KH. M. Saleh daeng Malewa, seorang tokoh yang mewarisi pengetahuan ini, MOKE (SAROFI) digunakan untuk mengungkap berbagai misteri kehidupan. Nama lengkap beliau adalah M.Saleh daeng Malewa, bin M.Tayeb daeng Pagilling, bin Daeng Mapacci, yang juga dikenal dengan panggilan Dae La Amna atau oleh anak cucu dan keturunannya menyapanya dengan panggilan Tato Aji Ile. Beliau tinggal di Desa Soro, Kecamatan Lambu, Kabupaten Bima.
Kegunaan dan Penerapan MOKE (SAROFI)
MOKE (SAROFI) memiliki beragam kegunaan, mencakup berbagai aspek kehidupan manusia. Beberapa di antaranya meliputi:
* Penyakit dan Pengobatan: MOKE (SAROFI) digunakan untuk menerawang jenis penyakit yang diderita seseorang serta menentukan metode pengobatan yang paling sesuai. Ini sering kali dikaitkan dengan pengetahuan herbal dan spiritual.
* Kehilangan dan Pencuri: Praktik ini juga bisa membantu dalam melacak barang yang hilang dan mengidentifikasi orang yang mencurinya. Perhitungan jam dan hari dipercaya dapat memberikan petunjuk tentang keberadaan barang atau identitas si pencuri.
* Jodoh: MOKE (SAROFI) dapat digunakan untuk meramalkan kecocokan jodoh antara dua individu. Perhitungan ini sering kali menjadi pertimbangan penting dalam menentukan masa depan sebuah hubungan.
* Rezeki: MOKE (SAROFI) juga dipakai untuk menerawang rezeki seseorang. Ini bisa memberikan gambaran tentang keberuntungan dan prospek finansial di masa depan, sering kali menjadi panduan dalam mengambil keputusan penting dalam hidup.
Sumber Pengetahuan
Informasi mengenai MOKE (SAROFI) ini diperoleh dari wawancara langsung dengan KH. M. Saleh daeng Malewa (Dae La Amna) pada tanggal 20 Juni 2005. Beliau adalah pewaris pengetahuan tradisional ini dan menjaganya sebagai bagian dari warisan budaya Bima. Keberadaan MOKE (SAROFI) menunjukkan kekayaan pengetahuan lokal yang masih hidup dan dipraktikkan di tengah-tengah masyarakat.