BOHO OI MBARU: Tradisi Mandi Pengantin sebagai Simbol Berakhirnya Masa Lajang

Penulis: Suhardin, S.Pd., M.M.
Dalam kekayaan adat dan tradisi pernikahan masyarakat Bima (Mbojo), terdapat sebuah ritual unik yang semakin jarang ditemui, yaitu Boho Oi Mbaru. Secara harfiah, Boho berarti menumpahkan, Oi berarti air, dan Mbaru berarti lajang. Jadi, Boho Oi Mbaru dapat diartikan sebagai "menumpahkan air untuk masa lajang atau menyucikan diri dari debu dan daki masa lajang"
Tradisi ini adalah prosesi mandi sepasang pengantin yang dilakukan segera setelah akad nikah di rumah mempelai wanita. Ritual ini memiliki makna filosofis yang mendalam, meskipun kini keberadaannya hampir punah digantikan oleh modernisasi.
Pelaksanaan dan Makna Filosofis
Prosesi ini dipimpin oleh Inang Pengasuh, sosok perempuan senior yang dihormati dalam keluarga. Setelah akad nikah selesai, Inang Pengasuh akan memandikan kedua mempelai menggunakan air yang telah dicampur dengan berbagai jenis bunga dan dedaunan wangi. Ritual ini bukan sekadar membersihkan tubuh, melainkan sebuah penanda simbolis. Mandi ini menandai berakhirnya masa lajang bagi kedua mempelai dan awal dari kehidupan baru sebagai pasangan suami istri. Air yang digunakan dalam ritual ini melambangkan penyucian, yang membersihkan kedua mempelai dari 'kotoran' masa lalu sebelum memasuki babak baru.
Nilai Budaya yang Terkandung
Tradisi Boho Oi Mbaru mengandung beberapa nilai budaya penting yang seharusnya tetap dijaga, antara lain:
* Penyucian Diri dan Pembaharuan: Air yang digunakan dalam prosesi ini melambangkan pembersihan diri secara spiritual dan fisik. Ini adalah langkah pertama bagi kedua mempelai untuk memulai hidup baru yang suci, meninggalkan jejak masa lalu yang mungkin tidak lagi relevan.
* Keintiman dan Bimbingan Inang Pengasuh: Peran Inang Pengasuh sangat sentral. Ia tidak hanya memandikan, tetapi juga menjadi simbol bimbingan dan restu dari para sesepuh. Prosesi ini menciptakan ikatan emosional dan menunjukkan bahwa kedua mempelai tidak memulai perjalanan mereka sendirian, melainkan dengan dukungan penuh dari keluarga.
* Pelestarian Nilai Adat: Hilangnya tradisi ini secara perlahan mengindikasikan semakin terkikisnya nilai-nilai adat. Boho Oi Mbaru adalah bagian dari identitas budaya Bima yang kaya akan makna. Melestarikannya berarti menjaga warisan leluhur agar tidak hilang ditelan zaman.
* Transisi Sosial: Ritual ini adalah sebuah penegasan di hadapan masyarakat bahwa status kedua individu telah berubah dari lajang menjadi pasangan suami istri. Ini adalah pengakuan sosial yang penting dan menjadi salah satu rangkaian acara yang mengesahkan ikatan pernikahan dalam konteks adat Bima.
Meskipun Boho Oi Mbaru kini jarang dilakukan, maknanya tetap relevan. Mengingat kembali tradisi ini bisa menjadi pengingat akan pentingnya nilai-nilai kesucian, bimbingan, dan pelestarian budaya dalam setiap tahapan kehidupan manusia.