Menerapkan Total Quality Management (TQM) dalam Menguatkan Program Islami FASTABIQUL KHAIRAT di SMP Negeri 10 Kota Bima

Oleh: Suhardin,S.Pd.,M.M.

Pendidikan adalah investasi masa depan. Di era modern ini, institusi pendidikan tidak hanya dituntut untuk mencetak lulusan yang cerdas secara akademik, tetapi juga berkarakter dan berakhlak mulia. Di SMP Negeri 10 Kota Bima, kami mengintegrasikan dua pendekatan yang kuat: Total Quality Management (TQM) sebagai kerangka manajerial, dan 10 program unggulan Islami yang disingkat FASTABIQUL KHAIRAT sebagai implementasi praktis untuk membentuk mutu pendidikan secara holistik.

Menurut Edward Deming, seorang pionir TQM, kualitas adalah hasil dari perbaikan sistem yang berkesinambungan. Penerapan TQM di sekolah kami berfokus pada lima pilar utama: Produk, Proses, Organisasi, Kepemimpinan, dan Komitmen. Kelima pilar ini menjadi landasan untuk memastikan setiap program, termasuk FASTABIQUL KHAIRAT, berjalan efektif dan berdampak optimal.

1. Pilar Produk: Lulusan Berakhlak Mulia dan Berwawasan Islami

Pilar produk TQM dalam konteks ini adalah lulusan yang tidak hanya kompeten secara akademik, tetapi juga memiliki karakter Islami yang kuat. Program-program FASTABIQUL KHAIRAT dirancang sebagai "produk" yang membentuk lulusan berkualitas.

 * Program Hafal Juz Amma dan Sirah Nabawiyah: Program ini bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki pemahaman dasar Al-Qur'an dan meneladani akhlak Rasulullah.

 * Pembiasaan Akhlakul Karimah: Merupakan "produk" nyata dari pendidikan karakter yang terukur melalui perilaku sehari-hari siswa, seperti sopan santun dan kejujuran.

Pilar ini memastikan bahwa setiap program di sekolah berkontribusi pada penciptaan profil lulusan yang diinginkan, sesuai dengan visi misi sekolah.

2. Pilar Proses: Inovasi dan Perbaikan dalam Pembelajaran

Proses adalah inti dari TQM. Kami menerapkan prinsip perbaikan berkelanjutan pada setiap tahapan program FASTABIQUL KHAIRAT.

 * Murottal Qur'an dan Kaligrafi: Proses pembelajarannya tidak hanya sekadar menghafal, tetapi juga mencakup teknik seni dan apresiasi. Evaluasi rutin dilakukan untuk memperbaiki metode pengajaran.

 * Quiz Online Agama Islam dan Lomba Cerdas Cermat: Proses ini mendorong siswa untuk belajar secara mandiri dan kompetitif. Kami menggunakan hasil evaluasi dari setiap kuis atau lomba untuk mengidentifikasi materi yang perlu diperkuat.

 * Temba Kolo Dana Maju (Literasi melalui Membaca Kolektif Online dalam Ranah filosofi Maja Labo Dahu): Proses literasi kolektif ini menggunakan teknologi online untuk menjangkau lebih banyak siswa, sekaligus mempraktikkan nilai-nilai luhur daerah Bima.

Melalui perbaikan proses yang berkesinambungan, kami memastikan setiap program berjalan secara efisien dan menghasilkan capaian maksimal.

3. Pilar Organisasi: Budaya Kerja Kolaboratif dan Religius

Organisasi yang sehat adalah kunci keberhasilan. Budaya sekolah yang berorientasi pada mutu dan nilai-nilai Islami akan memperkuat implementasi program.

 * Bisa Kolo Makakila: Program ini mencerminkan kolaborasi antara sekolah, masyarakat, dan karang taruna. Organisasi sekolah membuka diri untuk bekerja sama dengan pihak eksternal, menunjukkan TQM yang tidak terbatas pada internal sekolah.

 * Sholat Dhuha dan Dzuhur Berjamaah: Praktik ini menciptakan budaya keagamaan yang kuat di lingkungan sekolah. Setiap guru dan staf terlibat, menunjukkan komitmen organisasi untuk menginternalisasi nilai-nilai Islami.

Struktur dan budaya organisasi dirancang untuk mendukung sinergi antara program akademik dan keagamaan.

4. Pilar Kepemimpinan: Memberi Teladan dan Memotivasi

Kepemimpinan yang efektif adalah motor penggerak TQM. Kepala sekolah dan guru menjadi teladan (role model) dalam menerapkan nilai-nilai Islami dan mutu.

 * Karyawisata Religius: Kepemimpinan di sini terlihat dari perencanaan kegiatan yang tidak hanya bersifat rekreasi, tetapi juga edukatif dan spiritual, seperti mengunjungi masjid bersejarah atau pesantren.

 * Sholat Berjamaah: Kepala sekolah dan guru selalu berada di barisan depan, memimpin sholat. Tindakan ini merupakan contoh nyata dari kepemimpinan berbasis keteladanan.

Menurut pendapat Stephen Covey (1989), kepemimpinan yang efektif harus didasarkan pada prinsip-prinsip yang kuat. Dalam konteks ini, prinsip TQM dan nilai-nilai Islami menjadi landasan kepemimpinan.

5. Pilar Komitmen: Keseriusan dan Konsistensi Jangka Panjang

Komitmen adalah penentu keberhasilan TQM. Tanpa komitmen, program sebagus apa pun akan sulit dipertahankan.

 * Seluruh 10 program FASTABIQUL KHAIRAT memerlukan komitmen yang tinggi dari seluruh warga sekolah, mulai dari guru, siswa, hingga orang tua.

 * Komitmen ini terwujud dalam konsistensi pelaksanaan program, bahkan di tengah tantangan. Misalnya, meskipun jadwal padat, Sholat Dhuha Berjamaah tetap dilaksanakan setiap pagi.

Komitmen ini memastikan bahwa perbaikan mutu tidak hanya sesaat, melainkan menjadi bagian dari budaya sekolah secara berkelanjutan.

Kesimpulan

Penerapan TQM di SMP Negeri 10 Kota Bima telah membuktikan bahwa mutu pendidikan dapat ditingkatkan secara sistematis dengan mengintegrasikan filosofi manajemen modern dan nilai-nilai luhur. Kelima pilar TQM—Produk, Proses, Organisasi, Kepemimpinan, dan Komitmen—menjadi kerangka kerja yang solid untuk memastikan 10 program unggulan Islami FASTABIQUL KHAIRAT berjalan optimal. Hasilnya, kami tidak hanya menghasilkan lulusan yang cerdas, tetapi juga berakhlak mulia, siap menghadapi tantangan zaman. Inilah wujud nyata kepuasan pelanggan pendidikan yang kami cita-citakan.