Dampak kesenjangan antara tuntutan kurikulum nasional dan kemampuan guru, serta langkah-langkah untuk mengatasinya

Oleh: Suhardin, S.Pd., M.M.

Dampak Kesenjangan Tuntutan Kurikulum dan Kompetensi Guru 

Kesenjangan antara kurikulum yang ambisius dan kemampuan guru yang beragam menimbulkan beberapa dampak negatif signifikan dalam sistem pendidikan, di antaranya:

1. Menurunnya Kualitas Pembelajaran: Jika guru tidak sepenuhnya menguasai metode pembelajaran yang dituntut kurikulum, proses transfer pengetahuan menjadi tidak efektif. Guru cenderung kembali ke metode lama seperti ceramah dan hafalan, padahal kurikulum modern (seperti Kurikulum Merdeka) menuntut pembelajaran yang lebih interaktif, kontekstual, dan berorientasi pada proyek. 

2. Stres dan Beban Kerja Guru Meningkat: Perubahan kurikulum yang sering dan mendadak tanpa disertai pelatihan yang memadai dapat membuat guru merasa terbebani. Mereka harus belajar dan beradaptasi dengan materi serta metode baru dalam waktu singkat, yang sering kali berdampak pada penurunan motivasi dan kinerja.

3. "Learning Loss" pada Siswa: Siswa menjadi korban utama. Kesenjangan ini dapat menyebabkan "learning loss" atau kehilangan kemampuan belajar, terutama dalam literasi, numerasi, dan keterampilan berpikir kritis, karena mereka tidak menerima pembelajaran yang seharusnya.

4. Ketidakmerataan Mutu Pendidikan: Dampak kesenjangan ini sangat terasa di daerah terpencil atau daerah dengan fasilitas terbatas. Guru di daerah tersebut mungkin kesulitan mengakses pelatihan atau sumber daya yang diperlukan untuk menerapkan kurikulum baru, sehingga kesenjangan mutu pendidikan antara kota dan desa semakin lebar.

Solusi Mengatasi Kesenjangan Tersebut ????

Untuk menjembatani kesenjangan ini, diperlukan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan dari berbagai pihak, bukan hanya guru itu sendiri.

1. Pelatihan dan Pengembangan Profesional Guru yang Berkelanjutan: Pemerintah harus menyediakan program pelatihan yang lebih terstruktur dan berkesinambungan, tidak hanya sekali atau dua kali. Pelatihan harus fokus pada peningkatan kompetensi pedagogik, bukan hanya pengenalan kurikulum. Program ini juga harus mempertimbangkan kondisi geografis dan fasilitas yang berbeda di setiap daerah.

2. Pemberdayaan Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP): MGMP dan KKG harus dioptimalkan sebagai wadah bagi guru untuk saling berbagi praktik baik (best practices), berkolaborasi, dan memecahkan masalah implementasi kurikulum secara bersama-sama. Fasilitas ini menjadi ruang penting untuk pengembangan diri guru secara mandiri dan kolektif.

3. Penyederhanaan dan Fleksibilitas Kurikulum: Kurikulum yang terlalu padat dan kaku dapat menyulitkan guru. Pemberian otonomi kepada sekolah dan guru untuk menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan lokal dan karakteristik siswa, seperti dalam konsep Kurikulum Merdeka, adalah langkah yang tepat. Hal ini membuat pembelajaran lebih relevan dan tidak membebani.

4. Peningkatan Kesejahteraan dan Apresiasi Guru: Kesejahteraan guru, terutama guru honorer, perlu ditingkatkan. Kesejahteraan yang layak dapat meningkatkan motivasi dan fokus guru pada tugas utamanya. Pemberian apresiasi dan pengakuan atas inovasi serta upaya guru dalam mengajar juga sangat penting.