Menggugah Jiwa, Mengikat Hati: Kunci Menjadi Guru yang Dicintai Murid

Oleh: Suhardin, S.Pd., M.M. (Kepala SMP Negeri 10 Kota Bima)

Menjadi guru adalah panggilan mulia. Lebih dari sekadar mentransfer ilmu, tugas kita adalah membangun karakter, membentuk pribadi, dan menginspirasi masa depan. Namun, di antara berbagai tugas tersebut, ada satu hal yang tak kalah penting, yaitu menjadi guru yang dicintai muridnya. Mengapa ini penting? Karena cinta dan kepercayaan adalah fondasi utama bagi proses belajar yang efektif dan bermakna. 

Pendapat Ahli Pendidikan: Menghadirkan Ruang yang Aman dan Nyaman

Menurut Prof. Dr. H. A. R. Tilaar, seorang pakar pendidikan terkemuka di Indonesia, hubungan emosional antara guru dan murid sangat krusial. Guru yang disayangi muridnya akan menciptakan suasana kelas yang aman, nyaman, dan bebas dari rasa takut. Dalam lingkungan seperti ini, siswa tidak ragu untuk bertanya, berpendapat, dan bereksperimen dengan ide-ide baru. Tilaar berpendapat, "Guru yang baik bukan hanya mengajar, tetapi juga mendidik hati. Mendidik hati dimulai dari guru yang memiliki hati yang penuh kasih."

Sejalan dengan pandangan tersebut, John Dewey, seorang filsuf pendidikan dari Amerika, menekankan pentingnya pengalaman dalam proses belajar. Guru yang dicintai muridnya mampu merancang pembelajaran yang tidak hanya teoritis, tetapi juga relevan dengan kehidupan siswa. Mereka menjadikan kelas sebagai tempat interaksi yang hidup, di mana guru bertindak sebagai fasilitator, bukan sekadar sumber informasi.

Pendapat Ahli Psikologi: Memahami dan Menerima Sepenuh Hati

Dari sudut pandang psikologi, hubungan guru-murid yang positif berdampak besar pada kesehatan mental dan perkembangan kognitif siswa. Carl Rogers, seorang psikolog humanis, mengemukakan konsep 'unconditional positive regard' atau penghargaan positif tanpa syarat. Konsep ini sangat relevan bagi guru. Guru yang mampu menerima siswanya apa adanya—termasuk kelebihan dan kekurangannya—akan membangun rasa percaya diri dan harga diri yang kuat pada diri siswa.

Seorang guru yang dicintai muridnya adalah mereka yang mampu menunjukkan empati dan memahami kondisi psikologis siswa. Mereka tidak hanya melihat siswa sebagai 'objek' yang harus diajar, tetapi sebagai individu dengan perasaan, impian, dan masalahnya sendiri. Ketika siswa merasa dipahami, mereka akan lebih terbuka untuk menerima bimbingan dan nasihat.

Hadis Nabi Muhammad SAW: Keteladanan, Kasih Sayang, dan Keikhlasan

Dalam Islam, sosok guru sangat dimuliakan. Nabi Muhammad SAW adalah teladan terbaik dalam mendidik dan berinteraksi dengan orang lain, termasuk para sahabat yang usianya jauh lebih muda. Beliau selalu menunjukkan kasih sayang, kelembutan, dan kesabaran dalam setiap ajarannya.

Salah satu hadis yang relevan adalah:

"Rasulullah ? bersabda: 'Permudah dan jangan persulit, beri kabar gembira dan jangan membuat mereka lari.'" (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadis ini adalah panduan emas bagi setiap guru. Menjadi guru yang dicintai muridnya berarti kita harus mempermudah proses belajar, bukan mempersulitnya. Kita harus memberi kabar gembira—pujian, motivasi, dan pengakuan atas usaha mereka—daripada hanya fokus pada kesalahan. Dengan demikian, siswa tidak akan merasa takut atau lari dari sekolah, tetapi justru termotivasi untuk terus belajar.

Kesimpulan

Menjadi guru yang dicintai muridnya bukanlah hal yang instan, melainkan sebuah proses yang membutuhkan keikhlasan, keteladanan, dan kasih sayang. Mari kita hadir di kelas dengan hati yang tulus, memahami setiap jiwa yang kita bimbing, dan meneladani akhlak mulia Rasulullah SAW. Karena pada akhirnya, pendidikan adalah tentang menumbuhkan benih kebaikan dalam hati, agar kelak berbuah menjadi pribadi yang berkarakter dan bermanfaat bagi semesta.