IMK (kurikulum internasional, kurikulum nasional berbasis pembelajaran mendalam, dan kurikulum lokal yang berorientasi pada filosofi Nggusu Waru) di SD dan SMP unggulan di Kota Bima

Oleh: Suhardin,S.Pd.,M.M. (Kepala SMP Negeri 10 Kota Bima)
Mengimplementasikan kombinasi kurikulum internasional, kurikulum nasional berbasis pembelajaran mendalam, dan kurikulum lokal yang berorientasi pada filosofi Nggusu Waru di SD dan SMP unggulan di Kota Bima atau lebih dikenal dengan istilah Implementasi Multi Kurikulum (IMK) memerlukan pendekatan yang terstruktur dan holistik. Proses ini tidak hanya tentang menggabungkan materi, tetapi juga menyelaraskan nilai-nilai dan filosofi pendidikan untuk menciptakan ekosistem pembelajaran yang komprehensif.
Kerangka Integrasi Kurikulum
Integrasi ini bisa diuraikan dalam tiga pilar utama: kurikulum akademik, pengembangan karakter, dan penanaman nilai lokal.
1. Integrasi Kurikulum Akademik
Kurikulum internasional (seperti Cambridge atau IB) dan kurikulum nasional (Kurikulum Merdeka) dapat disinergikan untuk menciptakan program akademik yang kuat.
* Penyelarasan Konten: Identifikasi topik-topik inti yang tumpang tindih antara kurikulum internasional dan nasional. Gunakan Kurikulum Merdeka sebagai fondasi untuk materi pelajaran esensial, lalu perkaya dengan pendekatan pembelajaran mendalam (deep learning) dari kurikulum internasional. Misalnya, dalam pelajaran Sains, siswa belajar tentang ekosistem lokal sesuai Kurikulum Merdeka, kemudian menganalisis data, melakukan penelitian, dan presentasi menggunakan metodologi ilmiah ala Cambridge.
* Metodologi Pembelajaran: Terapkan metode pembelajaran aktif dan berbasis proyek (project-based learning) dari kurikulum internasional. Ini mendorong siswa untuk berpikir kritis, berkolaborasi, dan memecahkan masalah. Misalnya, dalam pelajaran Sejarah, siswa dapat melakukan proyek riset tentang sejarah Kesultanan Bima, mengintegrasikan data dari sumber lokal dan nasional, dan menyajikannya dalam format presentasi ilmiah.
* Asesmen Beragam: Kombinasikan sistem penilaian formatif dan sumatif. Gunakan asesmen yang berfokus pada pemahaman konsep dan keterampilan (seperti esai analitis atau portofolio) dari kurikulum internasional, di samping ujian standar nasional.
Penanaman Filosofi Nggusu Waru
Filosofi Nggusu Waru bukan hanya diajarkan, tetapi juga diinternalisasi melalui praktik nyata di sekolah. Kedelapan prinsip ini dapat diintegrasikan ke dalam kegiatan ekstrakurikuler, program kesiswaan, dan bahkan dalam kurikulum inti.
2. Implementasi dalam Program Sekolah
* Taqwa & Mori ra Woko: Kembangkan program rohani yang terstruktur dan terintegrasi dengan keseharian sekolah. Kegiatan seperti doa bersama, kajian keagamaan, dan program mentoring untuk menyeimbangkan aspek spiritual dan fisik siswa. Ini sejalan dengan prinsip "Taqwa" (takwa kepada Tuhan) dan "Mori ra Woko" (kehidupan yang seimbang).
* Ntau Ilmu & Taho Parange: Terapkan budaya literasi yang kuat. Sekolah harus menyediakan akses ke perpustakaan yang kaya dan sumber digital. Program membaca, menulis, dan berdiskusi akan mendorong "Ntau Ilmu" (berilmu pengetahuan). Sementara itu, melalui program etika dan tata krama, siswa diajarkan "Taho Parange" (sopan santun/baik tingkah laku) dalam setiap interaksi.
* Fiki Dou Ma Ore: Dorong kegiatan sosial dan pengabdian masyarakat. Proyek-proyek seperti bakti sosial, kampanye lingkungan, atau penggalangan dana untuk komunitas lokal akan melatih siswa untuk "Fiki Dou Ma Ore" (memikirkan orang banyak). Ini dapat diintegrasikan sebagai bagian dari mata pelajaran Pendidikan Pancasila.
* Londo ro Mai: Selenggarakan kegiatan yang merayakan budaya lokal Bima. Ini bisa berupa festival, pertunjukan seni tradisional, atau kunjungan ke situs sejarah. Ini penting untuk menumbuhkan rasa bangga dan pemahaman akan "Londo ro Mai" (asal-usul yang terhormat).
* Sabua nggahi sabua rawi & Mbani ro disa: Kedua prinsip ini harus menjadi pilar utama dalam pembentukan karakter. Guru dan staf sekolah harus menjadi teladan. Diskusi kasus etika, simulasi debat, dan pemberian tanggung jawab kepemimpinan kepada siswa dapat melatih mereka untuk memiliki "Sabua nggahi sabua rawi" (konsistensi antara perkataan dan perbuatan) dan "Mbani ro disa" (berani karena benar).
Strategi Implementasi
* Pelatihan Guru: Selenggarakan pelatihan intensif untuk guru. Mereka harus memahami filosofi di balik ketiga kurikulum dan mampu menyelaraskan materi pembelajaran secara kreatif.
* Keterlibatan Masyarakat: Libatkan tokoh adat, budayawan, dan orang tua dalam merancang dan mengevaluasi program. Ini memastikan bahwa nilai-nilai lokal terintegrasi secara otentik.
* Pengawasan dan Evaluasi Berkelanjutan: Bentuk tim pengembang kurikulum internal yang secara rutin mengevaluasi efektivitas program dan melakukan penyesuaian yang diperlukan.
Melalui pendekatan ini, SD dan SMP unggulan di Kota Bima dapat menciptakan lulusan yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki karakter kuat, berakar pada budaya lokal, dan siap menjadi pemimpin masa depan yang berintegritas.