Tambulate: Menggali Karakter Kesatria Suku Bima dalam Pembentukan Profil Pelajar Pancasila

Oleh: Suhardin, S.Pd., MM (Kepala SMP Negeri 10 Kota Bima)
Masyarakat Bima, atau Dou Mbojo, kaya akan simbol dan filosofi yang diwariskan melalui budaya dan tradisi, salah satunya tercermin dalam keindahan motif tenun dan arsitektur adat. Di tengah simbol kekayaan tersebut, terdapat satu gambaran bunga yang memiliki makna mendalam dan sering dikaitkan dengan nilai-nilai luhur dan karakter kesatria: Bunga Tambulate.
Bunga Tambulate, yang namanya juga tercatat dalam deskripsi arsitektur tradisional Bima seperti di Asi Kalende (Istana), bukan hanya sekadar ornamen estetika. Ia adalah representasi visual dari cita-cita karakter ideal yang harus dimiliki oleh setiap anggota masyarakat Bima, terutama para pemuda dan pemimpin.
Karakter Kesatria dalam Lekukan Tambulate
Karakter kesatria (katua) dalam tradisi Bima dibangun di atas fondasi moral yang kuat. Filosofi Bunga Tambulate mengajarkan beberapa pilar utama yang sangat penting untuk diinternalisasi oleh pelajar SMP Negeri 10 Kota Bima:
1. Keindahan dan Kehormatan (Intelektualitas yang Menawan)
Secara fisik, Bunga Tambulate digambarkan dengan bentuk yang simetris, teratur, dan menawan. Dalam konteks kesatria:
Menjaga Hawa (Nama Baik/Wibawa): Keindahan Tambulate melambangkan kemuliaan dan kehormatan (Hawa) yang harus dijaga oleh seorang kesatria. Seorang pelajar yang berkarakter kesatria tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga memiliki akhlak mulia yang menjadi kehormatan bagi diri, keluarga, dan sekolah.
Kecerdasan Estetika: Kesatria Bima tidak hanya kuat, tetapi juga cerdas dan bijaksana. Mereka menghargai keindahan, menjadikannya pembanding dalam mencari kebenaran dan keadilan.
2. Keteguhan dan Keberanian (Sikap Tidak Gentar)
Layaknya tumbuhan yang tegak menghadapi cuaca, filosofi Bunga Tambulate juga menyiratkan keteguhan. Meskipun Bima dikenal dengan falsafah Maja Labo Dahu (Malu dan Takut/Segan), karakter kesatria tidak berarti pasif, melainkan berani dalam kebenaran:
Moral Keberanian: Seorang kesatria berani menyuarakan kebenaran (kabarera) dan bertindak adil, terlepas dari tantangan atau risiko. Dalam konteks pelajar, ini berarti berani melawan perundungan dan menegakkan kedisiplinan.
Keteguhan Hati : Tambulate melambangkan prinsip yang tidak goyah. Kesatria yang memegang teguh Pancasila tidak akan mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif atau perpecahan.
3. Simbol Persatuan dalam Keanekaragaman
Seperti halnya motif bunga lain dalam tenun Bima, Tambulate sering diulang-ulang dalam pola yang teratur, menciptakan satu kesatuan yang harmonis. Hal ini sejalan dengan nilai-nilai Pancasila dan kearifan lokal seperti Filosofi Nggampo (kesatuan dari asosiasi perbedaan) yang kita terapkan di sekolah:
Harmoni Sosial: Bunga Tambula melambangkan keselarasan dan kebersamaan. Kesatria harus menjadi perekat bagi komunitasnya, menjunjung tinggi nilai Gotong Royong dan Musyawarah dalam menyelesaikan masalah.
Jati Diri Lokal: Dengan menanamkan filosofi ini, siswa SMP Negeri 10 Kota Bima terbentuk menjadi generasi muda yang tidak hanya berwawasan nasional, tetapi juga tertanam kuat pada identitas budaya Mbojo yang luhur.
Implementasi dalam Profil Pelajar Pancasila
Menginternalisasi karakter kesatria yang dibawakan oleh Bunga Tambulate adalah langkah nyata dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.
Karakter Tambulate
Dimensi Profil Pelajar Pancasila
Relevansi Bagi Siswa SMPN 10 Kota Bima
Keindahan & Kehormatan
Beriman, Bertakwa kepada Tuhan YME, dan Berakhlak Mulia
Menjaga tutur kata, keutuhan, dan menjunjung tinggi Maja Labo Dahu.
Keteguhan & Keberanian
Mandiri & Bernalar Kritis
Berani mengambil keputusan yang benar dan bertanggung jawab, serta teguh pada prinsip.
Persatuan & Harmoni
Bergotong Royong & Berkebinekaan Global
Mampu bekerja sama dan menghargai perbedaan latar belakang teman sekelasnya (mengaplikasikan Filosofi Nggampo).
Sebagai Kepala SMP Negeri 10 Kota Bima, kami percaya bahwa dengan mengajarkan filosofi lokal seperti Bunga Tambulate dan Nggampo, kami tidak hanya melestarikan budaya, tetapi juga memberikan landasan moral yang kokoh bagi siswa untuk menjadi kesatria Pancasila sejati di era digital ini, yang teguh, berani, dan menjunjung tinggi prestasi.