Mengurai Akar Masalah: Penyebab Siswa Malas, Bolos, dan Enggan Belajar, serta Strategi Penanganannya

Oleh Suhardin,S.Pd.,MM (Kepala SMPN 10 Kota Bima)
PENDAHULUAN
Perilaku siswa yang menunjukkan kemalasan, sering membolos, atau hadir di sekolah namun enggan masuk kelas untuk belajar, merupakan fenomena kompleks yang memerlukan perhatian serius dari semua pihak: sekolah, keluarga, dan lingkungan. Ini bukan sekadar masalah disiplin, melainkan menunjukkan adanya masalah mendasar yang mempengaruhi motivasi dan perkembangan akademik siswa. Memahami faktor-faktor penyebab berdasarkan hasil penelitian dan pendapat ahli adalah kunci untuk merancang solusi yang efektif.
Akar Penyebab Perilaku Malas dan Membolos
Berdasarkan berbagai hasil penelitian, perilaku negatif siswa ini tidak disebabkan oleh faktor tunggal, melainkan interaksi kompleks antara faktor internal (pribadi) dan eksternal (lingkungan).
1. Faktor Pribadi (Internal Siswa)
Faktor-faktor ini berada pada diri siswa itu sendiri, yang menurut para ahli dan hasil berbagai penelitian, sering menjadi alasan utama.
Menurunnya Motivasi dan Minat Akademik: Siswa mungkin kehilangan minat terhadap pelajaran atau tujuan akademiknya. Mereka merasa pelajaran yang diberikan sulit atau kurang menantang.
Kondisi Ketinggalan Pelajaran atau Belum Mengerjakan Tugas: Rasa cemas atau rendah diri karena ketinggalan materi atau belum menyelesaikan PR seringkali menjadi alasan siswa memilih membolos daripada berhadapan dengan guru.
Kurangnya Kontrol Diri dan Kenakalan Remaja yang kesulitan mengembangkan kontrol diri atau sudah terlibat dalam kenakalan remaja (misalnya, konsumsi alkohol, Kecanduan game atau warnet) lebih rentan terseret pada perilaku membolos.
Perasaan Rendah Diri (Kurang Kepercayaan Diri): Perasaan diri tidak mampu dan takut akan kegagalan dapat membuat siswa memilih untuk menghindari kelas atau sekolah sama sekali.
2. Faktor Lingkungan (Eksternal)
Faktor-faktor ini berasal dari interaksi siswa dengan lingkungan sekitar.
Pengaruh teman sebaya (konformitas terhadap teman) adalah salah satu faktor dominan. Ajakan membolos dari teman yang memfasilitasi perilaku ini membuat siswa lebih mudah untuk ikut.
Pola pengasuhan yang kurang baik atau kurang perhatian dan partisipasi orang tua terhadap pendidikan anak sangat berpengaruh. Kondisi keluarga yang tidak harmonis (sering bertengkar) atau kesulitan ekonomi (siswa harus membantu bekerja) juga menjadi pemicu utama.
Interaksi guru yang dianggap galak atau tidak suportif dapat membuat siswa memilih menghindar. Peraturan sekolah yang terlalu ketat atau tidak konsisten dalam penegakannya, serta fasilitas sekolah yang kurang mendukung, juga dapat meningkatkan risiko membolos.
Lingkungan yang mengancam dan mencemaskan atau yang memberikan kesempatan untuk membolos juga turut berkontribusi.
Strategi Penanganan Komprehensif
Mengatasi masalah kemalasan dan membolos memerlukan kolaborasi dan pendekatan yang humanis serta didukung oleh layanan profesional Bimbingan dan Konseling (BK).
1. Peran Sekolah: Penguatan Layanan BK dan Lingkungan Belajar
Peran utama sekolah adalah menciptakan lingkungan yang mendukung dan memfasilitasi perubahan perilaku.
Layanan Konseling Profesional: Guru Bimbingan dan Konseling (BK) memegang peran sentral. Layanan seperti Konseling Kelompok atau Konseling Individu dapat digunakan untuk menggali masalah dan membantu siswa menemukan solusinya.
Pendekatan Behavioral: Teknik seperti Self Management dan Behavior Contract terbukti efektif dalam mengurangi perilaku membolos dengan fokus pada mengubah perilaku menyimpang menjadi perilaku yang adaptif.
Layanan Advokasi: Layanan advokasi dapat digunakan untuk membantu siswa yang menghadapi kendala dari lingkungan (misalnya, masalah keluarga atau ekonomi) agar hak-haknya dalam pendidikan terpenuhi.
Menciptakan Guru yang Suportif dan Pembelajaran Menarik: Guru harus bersimpati humanis dan ramah agar siswa merasa nyaman di sekolah. Inovasi dalam pembelajaran dan tugas yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dapat mengurangi rasa bosan dan ancaman yang dirasakan siswa di kelas.
Penegakan Disiplin yang Konsisten dan Keteladanan: Sekolah harus menegakkan peraturan secara konsisten dan semua warga sekolah, termasuk guru, harus menjadi teladan dalam kedisiplinan agar menimbulkan efek jera dan melatih budaya disiplin.
2. Keterlibatan Keluarga dan Komunitas
Penanganannya tidak akan tuntas tanpa melibatkan orang tua dan lingkungan.
Kerja Sama dengan Orang Tua: Pihak sekolah, khususnya Guru BK, harus segera menghubungi orang tua siswa yang bermasalah. Kolaborasi ini bertujuan agar orang tua terlibat secara langsung dalam pelatihan siswa di rumah. Pola pengasuhan yang baik dan perhatian orang tua sangatlah penting.
Gerakan Peduli Sekolah: Sekolah dapat mensosialisasikan gerakan agar masyarakat atau warga sekolah yang melihat anak usia sekolah berada di luar pada jam KBM dapat menegur siswa tersebut. Hal ini menciptakan lingkungan eksternal yang turut memperhatikan.
Memberikan Layanan Pemahaman: Guru BK perlu memberikan layanan pemahaman kepada siswa mengenai dampak negatif dari membolos, seperti kegagalan dalam pelajaran, nilai yang buruk, hingga dikeluarkannya dari sekolah (putus sekolah).
Kesimpulan
Perilaku malas, bolos, dan enggan belajar merupakan perilaku maladaptif yang dipengaruhi oleh faktor personal (motivasi rendah, kesulitan akademik, kontrol diri) dan faktor eksternal (pengaruh teman sebaya, pola asuh keluarga, dan suasana sekolah yang tidak mendukung). Solusinya terletak pada sinergi tri-pusat pendidikan (sekolah, keluarga, masyarakat) dengan mengoptimalkan peran Guru BK melalui layanan konseling (seperti Konseling Kelompok dan teknik Behavioral Contract) untuk mengubah perilaku siswa, didukung oleh pembelajaran yang humanis dan menantang serta penegakan disiplin yang mendukung lingkungan sekolah.