Cara SMART melerai siswa SMP yang adu jotos

Oleh Suhardin,S.Pd.,M.M.

melerai siswa SMP yang berkelahi memerlukan pendekatan yang tenang, tegas, dan berfokus pada penyelesaian konflik jangka panjang.

Berikut adalah cara-cara "smart" yang bisa diterapkan:

???? Tahap Awal: Melerai Perkelahian Fisik

 * Tetap Tenang dan Tegas:

   * Kendalikan emosi Anda. Jangan panik atau ikut marah. Siswa akan lebih merespons ketenangan dan otoritas yang stabil.

   * Berikan perintah yang singkat dan jelas dengan suara tegas, seperti: "Stop! Mundur sekarang!" atau "Jauhkan tangan kalian!"

 * Pisahkan Fisik dengan Aman:

   * Jika sudah terjadi kontak fisik yang parah, segera pisahkan keduanya. Prioritaskan keselamatan Anda dan siswa.

   * Ajak atau arahkan mereka ke area yang berbeda dan aman (misalnya, satu siswa ke ruang guru piket, satu lagi ke ruang BK).

   * Jika memungkinkan, minta bantuan guru atau staf lain. Jangan mencoba melerai perkelahian fisik sendirian jika situasinya membahayakan.

 * Periksa Keadaan Fisik:

   * Setelah terpisah, segera periksa apakah ada yang terluka. Berikan pertolongan pertama jika perlu, atau panggil pihak kesehatan sekolah.

????? Tahap Kedua: Mediasi dan Penyelesaian Masalah

 * Dengarkan Secara Terpisah (Menurunkan Emosi):

   * Ajak bicara setiap siswa secara individual terlebih dahulu, di tempat yang sunyi. Tujuannya adalah membiarkan mereka melampiaskan emosi dan menceritakan versi kejadian tanpa ada tekanan atau rasa malu.

   * Jangan memihak. Dengarkan tanpa menghakimi. Contoh: "Saya lihat kamu marah sekali. Coba ceritakan pelan-pelan, apa yang sebenarnya terjadi dari sudut pandangmu?"

 * Lakukan Mediasi (Mempertemukan):

   * Setelah keduanya tenang, pertemukan mereka dalam sesi mediasi yang diawasi.

   * Terapkan aturan dasar mediasi (misalnya: hanya satu orang bicara pada satu waktu, tidak boleh memotong, tidak boleh menghina).

   * Fokus pada masalah, bukan individu. Arahkan diskusi untuk menemukan akar masalah (misalnya: kesalahpahaman, ejekan, rebutan barang/wilayah).

 * Ajarkan Keterampilan Menyelesaikan Konflik:

   * Alih-alih langsung memberi hukuman, tuntun mereka untuk merumuskan solusi mereka sendiri.

   * Tanyakan: "Bagaimana cara agar ini tidak terjadi lagi di masa depan?"

   * Ajak mereka membuat kesepakatan damai (misalnya: saling memaafkan, berjanji untuk berkomunikasi jika ada masalah, atau menjauhi pemicu konflik).

???? Tahap Akhir: Tindak Lanjut dan Pencegahan

 * Libatkan Orang Tua:

   * Informasikan kepada orang tua tentang kejadian tersebut, hasil mediasi, dan kesepakatan yang sudah dibuat.

   * Ajak orang tua untuk bekerjasama memantau perilaku anak.

 * Berikan Konsekuensi yang Mendidik:

   * Jika ada aturan yang dilanggar, berikan konsekuensi sesuai tata tertib, namun usahakan konsekuensi tersebut mendidik (misalnya: konseling wajib dengan Guru BK, membuat esai tentang dampak perkelahian, atau melakukan kegiatan sosial di sekolah).

   * Hindari hukuman fisik atau yang mempermalukan.

 * Pantau dan Intervensi Dini:

   * Lakukan pemantauan lanjutan (follow-up) secara berkala (misalnya, seminggu setelah kejadian) untuk memastikan kesepakatan dipatuhi.

   * Berikan pelatihan keterampilan manajemen emosi atau social perspective taking (kemampuan melihat dari sudut pandang orang lain) melalui bimbingan konseling untuk mencegah perkelahian berulang.