Jangan Jadi Guru Cengeng: Guru Harus Tangguh, Adaptif, dan Terus Belajar!
                                            Oleh: Suhardin, S.Pd., MM
Sebagai seorang pendidik di Kota Bima, kita memegang amanah besar. Ruang kelas kita bukan sekadar tempat transfer ilmu, melainkan bengkel pembentukan karakter dan masa depan generasi penerus. Namun, tantangan yang kita hadapi kian kompleks. Dari kurikulum yang berubah, kritik dari berbagai pihak, hingga dinamika sosial yang membanjiri ruang digital.
Di tengah semua ini, ada satu sikap yang harus kita jauhi: menjadi guru yang "cengeng."
Hentikan Baperan, Fokus pada Pengabdian
Istilah “cengeng” di sini bukan merujuk pada kelemahan fisik, melainkan pada kepekaan emosional yang berlebihan, atau sering disebut “baperan” (membawa perasaan).
- Bukan tentang Kritik: Seringkali, isu atau kritik dari luar (orang tua, media sosial, atau bahkan rekan sejawat) bisa mengganggu fokus kita. Jika sedikit energi terkuras habis hanya karena merasa rendahan atau tidak dihargai, maka kita telah kehilangan momen berharga untuk mendidik.
 - Tanggapi dengan Akal Sehat: Daripada langsung membela diri atau merasa terpojok, jadikan kritik sebagai cermin. Ambil yang membangun, buang yang menjatuhkan. Tangguhnya seorang guru Bima adalah ketika ia mampu menyaring informasi dan menjaga stabilitas emosi di depan siswa. Kelas harus menjadi tempat yang damai, bukan arena pelampiasan yang mengecewakan.
 
Terus Belajar: Kunci Menemukan "Jalan Tengah"
Setiap siswa adalah individu yang unik, dengan latar belakang, minat, dan cara belajar yang berbeda. Apa yang berhasil untuk satu siswa belum tentu berhasil untuk yang lain. Inilah letak tantangan sekaligus kemuliaan profesi kita.
Oleh karena itu, moto kita haruslah: Teruslah Belajar.
- Pelajari Karakter Siswa: Siswa bukan produk cetakan massal. Dedikasikan waktu untuk benar-benar mengenal kepribadian masing-masing. Apakah itu visual, auditori, atau kinestetik? Apakah ia cenderung diam, atau butuh panggung untuk bersinar?
 - Eksplorasi Metode yang "Pas": Jangan takut mencoba metode pengajaran baru. Jika ceramah monoton tidak mempan, coba pembelajaran berbasis proyek, diskusi kelompok, atau pemanfaatan teknologi.
 - Tinggalkan Zona Nyaman: Dunia pendidikan berevolusi dengan cepat. Seorang guru yang hebat adalah yang mau keluar dari metode mengajar 20 tahun yang lalu. Ikuti pelatihan, baca jurnal pendidikan, dan berkolaborasi dengan guru lain.
 
> Ingat: Menemukan cara paling pas dengan kepribadian siswa adalah inti dari pendidikan yang berpusat pada anak. Ini membutuhkan keuletan, kesabaran, dan keinginan untuk terus mengembangkan diri.
>
Guru yang Tangguh
Di Kota Bima, kita perlu guru yang memiliki mental baja:
- Tahan Banting: Mampu menghadapi dinamika kelas, birokrasi, dan kritik tanpa kehilangan semangat.
 - Adaptif: Cepat menyesuaikan metode mengajar sesuai kebutuhan siswa dan perkembangan zaman.
 - Fokus pada Solusi: Ketika ada masalah, cari solusi terbaik, bukan meratakan keadaan atau menyalahkan pihak lain.
 
Mari kita tinggalkan label "guru cengeng" jauh di belakang. Mari kita contohkan bahwa guru-guru Kota Bima adalah para profesional yang tangguh, adaptif, dan konservasi tinggi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, satu persatu siswa.
Teruslah menginspirasi!